Harald Haas, seorang profesor di Edinburgh University, memprakarsai teknologi Li-Fi ketika ia sukses mendemonstrasikan sebuah prototipe alat yang dapat mentransfer informasi menggunakan radiasi LED tiga tahun lalu. Ia bahkan membuat perusahaan untuk menjual solusi berbasis Li-Fi. Li-Fi memiliki keunikan karena menciptakan sebuah kode biner digital dengan pancaran sinar, sedangkan Wi-Fi mengirimkan data menggunakan gelombang radio.

Perusahaan Rusia Stins Coman menciptakan Li-Fi, sebuah jaringan komunikasi kasat mata yang menggunakan cahaya dari dioda pemancar cahaya (LED) untuk menciptakan jaringan internet. Ciptaan tersebut telah dijual di AS, Israel, Tiongkok, dan negara-negara lain.

Pada April 2014, perusahaan Rusia Stins Coman mengumumkan telah mengembangkan sebuah jaringan lokal nirkabel (WLAN) yang disebut BeamCaster. Solusi inovatif ini dapat mentransfer informasi ke perangkat elektronik dengan bantuan cahaya. Inti jaringan ini adalah sebuah penghala (router) yang mampu mentransmisikan sinyal dengan menggunakan pancaran cahaya pada jarak 7-8 meter. Sinyal ini dapat ditransmisikan ke delapan alat sekaligus di berbagai bagian kantor dan kecepatan aksesnya empat kali lebih tinggi dibanding Wi-Fi standar.

Menurut para pengembangnya, BeamCaster menawarkan beberapa keunggulan, termasuk mobilitas dan kecepatan konfigurasinya. “Cara penggunaanya mudah. Anda tinggal memasang model transmisinya di langit-langit, mengatur konfigurasi alat untuk menerima modul pada komputer kerja, dan Anda akan mendapatkan jaringan aktif di kantor hanya dalam beberapa jam. Itu juga dapat dibongkar lagi dengan cepat jika diperlukan,” kata Dariush Zaents, Kepala Kantor RiT Technologies Rusia, yang merupakan subdivisi dari Stins Coman yang mengembangkan teknologi optik ini.

Keunggulan lainnya adalah kecepatan. Modul cahaya BeamCaster dapat mentransfer data pada kecepatan 1,25 gigabyte per detik. Itu merupakan jaminan kecepatan transfer data ke setiap unit kerja. Tidak lama lagi, pengembang siap meningkatkan kecepatan menjadi lima gigabyte per detik. Ini jauh lebih cepat dibanding sinyal radio yang digunakan oleh Wi-Fi. “Kecepatan maksimum yang mampu dicapai jaringan Wi-Fi adalah 300 megabyte per detik untuk semua saluran, bukan untuk setiap pengguna yang terhubung,” jelas Zaents.

Selain itu, perancang alat ini menekankan bahwa terobosan mereka jauh lebih aman dan ramah lingkungan daripada Wi-Fi. “Sinyal Wi-Fi sangat mudah didapatkan. Sinyal itu menembus dinding, dan para peretas dapat dengan mudah terhubung ke jaringan perusahaan. Alat kami hanya mentransfer data melalui pancaran sinar, jadi tidak mungkin mencegat atau menyadapnya,” terang Zaents. Selain itu, sinyal radio yang digunakan Wi-Fi dapat mengganggu alat elektronik lain misalnya peralatan medis tertentu. Yang tidak kalah penting, pancaran cahaya ini tidak dipengaruhi medan elektromagnetik luar.

Kekuatan Pancaran Sinar

Modul cahaya BeamCaster dapat mentransfer data pada kecepatan 1,25 gigabyte per detik.
Foto: Shutterstock
Perangkat BeamCaster yang mencakup sebuah alat sentral plus delapan receiver saat ini dijual seharga beberapa ribu dolar di pasar. Harga yang cukup mahal menyebabkan klien utama mereka adalah perusahaan besar seperti Arris AS (untuk aplikasi video), Cortina AS (untuk pemeliharaan pusat rekayasa), Bynet Israel (untuk melayani pusat layanan informasi), dan Soarsky Tiongkok (enam sistem untuk kantor rekayasa terbuka).

Menurut pengembangnya, BeamCaster suite akan segera tersedia di toko-toko. Satu portal rata-rata dijual kurang dari 100 dolar AS. Harga ini akan memungkinkan pengembang untuk memasuki pasar baru.

Namun, para ahli meragukan masa depan proyek ini. “Alat ini memiliki beberapa kekurangan, seperti kesulitan dalam memosisikan receiver, kesulitan dalam bekerja dengan perangkat mobile, dan biaya implementasi yang relatif tinggi. Menurut penilaian saya prospek pasar untuk alat ini sekitar lima persen dari pasar yang dimiliki oleh Wi-Fi saat ini,” kata Vadim Sukhomlinov, Manajer Pengembangan Bisnis Strategis di Intel Rusia.

Meski demikian, Sukhmolinov menilai solusi ini sangat menarik dan menjanjikan. "Ini bisa menjadi alternatif Wi-Fi yang bagus bagi perusahaan-perusahaan besar. Selain itu, kecepatan pada alat yang stasioner sangat tinggi dan jauh lebih terlindungi daripada sinyal radio atau kabel,” imbuh Sukhmolinov.

Sumber : RBTH Indonesia

Terima kasih telah mengunjungi dan membaca informasi : Li-Fi, Transfer Jaringan Internet Lewat Cahaya

Ricky-Site

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar yang Baik dan Bijaksana

Facebook Follow me on Twitter! Follow me on Google+! Subscribe on Youtube! Subscribe to RSS Feed