Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Proklamator dan Pahlawan Nasional Mohammad Hatta banyak memberikan teladan soal kesederhanaan. Hatta mengajarkan menjadi pria terhormat tidak harus menjadi orang kaya. Hatta juga mencontohkan perilaku jujur dan menghindari korupsi. Sesuatu yang sudah sangat langka saat ini. Berikut beberapa kisah kesederhanaan Bung Hatta yang menggetarkan hati.

1. Kembalikan dana taktis wapres

Hatta bukan orang kaya. Gajinya sebagai wakil presiden selalu habis digunakan untuk membeli buku. Dia juga tidak pernah mau main ambil uang yang bukan haknya. Hatta pernah menyuruh asistennya mengembalikan dana taktis wakil presiden sebesar Rp 25 ribu. Padahal jika tidak dikembalikan pun tidak apa-apa. Dana taktis itu tidak perlu dipertanggungjawabkan. Tapi Hatta orang jujur yang punya kehormatan.

2. Kesulitan bayar tagihan listrik

Hatta, istri dan tiga anaknya tinggal di Jl Diponegoro 57, Jakarta. Hatta mendapat uang pensiun sebesar Rp 3.000. Jumlah itu terbilang kecil. Hatta pun terengah-engah membayar tagihan listrik rumahnya.

Hatta juga menolak semua jabatan komisaris baik dari perusahaan nasional maupun perusahaan asing. Dia merasa tidak bisa bertanggung jawab pada rakyat jika mengambil jabatan itu. Menurut Hatta, apa kata rakyat nanti kalau dia menerima jabatan sebagai komisaris. Bung Hatta juga menolak jabatan di Bank Dunia.

Seperti diketahui, jabatan komisaris perusahaan ini biasanya merupakan jatah pejabat yang pensiun. Tanpa perlu kerja, setiap bulannya para pejabat ini akan mendapatkan gaji buta. Karena itulah Hatta menolak.

3. Tak mampu beli sepatu bally

Kisah ini disampaikan oleh sekretaris pribadi Bung Hatta, Iding Wangsa Widjaja. Suatu ketika Bung Hatta berjalan-jalan di pertokoan di luar negeri. Dia mengidam-idamkan sepatu Bally yang terpampang di etalase. Begitu mengidamkannya, guntingan iklan sepatu Bally itu dia simpan di dompetnya. Dia berharap suatu waktu bisa membelinya.

Apa daya, sampai meninggal Bung Hatta belum bisa membeli sepatu Bally itu. Dan, guntingan iklan masih tersimpan di dompetnya. Andai saja Bung Hatta mau menggunakan kekuasaannya, tentu dia akan mudah mendapatkan sepatu Bally yang diidam-idamkan itu.

4. Istri menabung demi mesin jahit

Hatta hanya mengenal seorang wanita selama hidupnya. Dialah Rachmi Rahim yang biasa dipanggil Yuke. Usia Hatta dan Yuke terpaut 24 tahun. Saat menikah Yuke baru berusia 19 tahun. Maklum, Hatta pernah berjanji tidak akan menikah selama Indonesia belum merdeka.

Di sebuah Vila di Megamendung Bogor tanggal 18 November 1945, keduanya menikah. Yang unik, Hatta memberi Yuke mas kawin berupa buku karangannya yang berjudul Alam pikiran Yunani. Keluarga Hatta sempat protes. Masa iya menikah memberikan mas kawin berupa buku? Bukankah seharusnya emas atau harta yang berharga? Tapi itulah Hatta. Baginya buku dan ilmu pengetahuan adalah hal yang paling berharga.

Bahkan beredar guyonan sebenarnya Yuke adalah istri ketiga Hatta. Istri pertama Hatta adalah buku, istri keduanya buku, baru istri ketiganya Yuke. Hatta memang tidak pernah bisa dipisahkan dari buku.

Tapi rumah tangga keduanya berjalan harmonis puluhan tahun. Yuke mendampingi Hatta sebagai wakil presiden, mendampingi Hatta hijrah dari Jakarta ke Yogya. Yuke juga ikut menjadi tahanan rumah saat Belanda menduduki Yogyakarta 19 Desember 1945. Dia menyaksikan suaminya ditangkap dan dibuang ke Bangka.

Yuke juga mendampingi Hatta saat mundur sebagai wakil Presiden. Hatta kecewa melihat Soekarno yang menjadi diktator. Keluarga Hatta dengan tiga putrinya hidup pas-pasan karena Hatta tidak mau mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Hingga akhirnya Hatta meninggal 14 Maret 1980. Jika dihitung pernikahan Hatta dan Rachmi Rahim berlangsung 35 tahun. Rachmi membaktikan hidupnya untuk pria luar biasa ini dan Hatta membuktikan, tak ada wanita lain dalam hidupnya. Pada suatu ketika, Rachmi tak mampu membeli mesin jahit idamannya. Hatta pun hanya bisa menyuruh Rachmi bersabar dan menabung lagi.

5. Naik haji dengan menabung

Selama ini kita mendengar dan melihat banyak pejabat di Indonesia pergi ke Mekkah menunaikan ibadah haji menggunakan fasilitas negara. Contoh terbaru adalah rombongan Menteri Agama Suryadharma Ali.

Sambil menjalankan tugasnya sebagai amirul haj Indonesia di Tanah Suci, Menag membawa rombongan dalam jumlah besar. Anggotanya adalah para kerabat, sahabat, dan koleganya di partai.

Rombongan jumbo itu tentu tidak patut. Apalagi jika rombongan itu semua ditanggung oleh negara. Bandingkan dengan sikap Mohammad Hatta.

Bung Hatta, biasa Mohammad Hatta dikenal, yang waktu itu menjadi wakil presiden menunjukkan sikap kesederhanaannya. Dalam buku "Mengenang Bung Hatta" yang ditulis oleh sekretaris Bung Hatta, Iding Wangsa Widjaja, buku itu menceritakan sosok luar biasa seorang Hatta.

Tahun 1952, Bung Hatta hendak melakukan ibadah haji bersama istri dan dua saudarinya. Waktu itu Bung Karno menawarkan agar menggunakan pesawat terbang yang biayanya ditanggung negara. Tapi Bung Hatta menolaknya, karena ia ingin pergi haji sebagai rakyat biasa, bukan sebagai wakil presiden. Dia menunaikan rukun Islam kelima dari hasil honorarium penerbitan beberapa bukunya.

6. Ingin dimakamkan di kuburan rakyat biasa

Bung Hatta yang dikenal sebagai Gandi dari Indonesia itu dikenal sangat ingin menyelami kehidupan sebagai rakyat Indonesia. Ketika meninggal dunia pun Hatta tidak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Dia hanya ingin dimakamkan di taman makam biasa.

"Saya ingin dikubur di kuburan rakyat biasa. Saya adalah rakyat biasa," kata Hatta dikutip dari buku "Bung Hatta Menjawab" karangan Z Yasni.

Sumber : Merdeka
Nama saya Susilo Bambang Yudhoyono. Saya seorang muslim yang mencintai keadilan, dan yang sekaligus mencintai kedamaian, kemanusiaan dan demokrasi. Hampir sepuluh tahun ini saya memimpin Indonesia, dan beberapa bulan mendatang saya akan mengakhiri tugas saya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Kemarin, setelah pagi harinya bersama rakyat Indonesia merayakan ldul Fitri dengan tenang dan damai, sebuah hari keagamaan yang agung bagi umat Islam, sepanjang malam saya tidak bisa memejamkan mata saya. Melalui tayangan televisi nasional dan internasional, hampir setiap menit, saya menyaksikan jatuhnya korban jiwa di Gaza akibat kekerasan dan aksi-aksi militer yang tengah berkecamuk. Hampir semua yang tewas dan yang Iuka-Iuka adalah mereka yang tidak berdosa, tidak berdaya dan tidak bisa menyelamatkan diri dari desingan peluru dan bom-bom maut pencabut nyawa.

Isak tangis ibu-ibu yang kehilangan putra-putrinya, serta jeritan anak-anak yang tiba-tiba kehilangan orang tuanya, sungguh menusuk relung hati saya yang paling dalam. Saya yakin, siapapun dan bangsa mana pun hampir pasti akan mengalami kesedihan dan kepiluan yang sama menyaksikan tragedi kemanusiaan yang tak terperikan itu.

Sebagai seorang Presiden yang saat ini tengah memimpin sebuah negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, tentu saya tidak hanya bersedih dan marah.

Hingga saat ini saya juga aktif melaksanakan diplomasi beserta para menteri dan diplomat Indonesia, termasuk dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, tetapi situasi yang ada di Gaza kenyataannya bertambah buruk. Oleh karena itu, dari Jakarta, saya harus meneriakkan seruan moral kepada seluruh bangsa di dunia, utamanya para pemimpin dunia, dan utamanya lagi kepada pemimpin Israel dan Hamas, untuk segera menghentikan kekerasan dan tragedi di kawasan itu. Dengan seruan ini saya berharap para pemimpin dunia segera mengambil tanggung jawab bersama dan benar-benar bisa melakukan atau “memaksakan” gencatan senjata dan mengakhiri operasi-operasi militer yang nampaknya makin tidak pandang bulu.

Gencatan senjata itu mesti dilaksanakan sekarang. Bukan besok, apalagi lusa. Dengan gencatan senjata, berarti serangan Israel melalui udara, laut dan darat harus segera dihentikan. Demikian pula tembakan-tembakan roket dari pihak Hamas mesti diakhiri, agar aksi balas membalas atau siklus kekerasan tidak terus berlanjut. Tindakan para pemimpin politik dan militer untuk melanjutkan operasi-operasi militer saat ini hanya akan makin menambah jatuhnya korban jiwa, termasuk anak-anak, kaum perempuan dan golongan lanjut usia.

lni semua sudah menabrak hukum, moral dan etika perang, yang harus dijunjung tinggi di sebuah dunia yang beradab.

Meskipun saya seorang muslim, saya tidak melihat masalah ini dari segi agama. Saya tidak mengaitkan pikiran dan seruan saya ini dengan Islam, Yahudi, Kristen, Katolik dan agama atau keyakinan apa pun. lsu yang kita hadapi ini adalah isu tentang kemanusiaan, moralitas, hukum dan etika perang, serta tindakan dari pihak mana pun yang telah melebihi kepatutannya. Tragedi kemanusiaan dan penderitaan manusia yang tak terperikan ini juga berkaitan dengan rasa tanggung jawab dari para pemimpin, yang baik langsung maupun tidak langsung telah membuat tragedi kemanusiaan ini terus berlangsung.

Terus terang, Indonesia secara konsisten dan tegas mendukung kemerdekaan bangsa Palestina. Dunia harus benar-benar memberikan kepastian bagi terbentuknya negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, serta diakui oleh masyarakat dunia. Juga Palestina merdeka yang hidup berdampingan secara damai dengan Israel, dan juga dengan negara-negara tetangganya. Konsep “dua negara dalam kawasan yang damai” adalah konsep yang saya pandang dan yakini sebagai konsep yang realistis dan bisa diwujudkan.

Dengan tontonan dan contoh buruk tentang konflik, perang dan kekerasan sebagaimana yang kita saksikan saat ini, atau juga di tahun-tahun sebelumnya, maka anak-anak bangsa mana pun, termasuk anak-anak muda kita, bagai diajarkan ya begitulah kehidupan di dunia yang mesti dijalankan. Padahal, selama hampir sepuluh tahun ini saya mengajak bangsa Indonesia, termasuk umat Islam Indonesia, untuk senantiasa mencintai perdamaian, persaudaraan, toleransi dan kerukunan. Saya juga berjuang dengan gigih untuk memerangi radikalisme, ekstrimisme dan terorisme di bumi Indonesia. Saya juga aktif menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam forum dialog antar agama dan peradabannya baik di Indonesia maupun di berbagai forum internasional.

Saya juga memelopori dan memimpin penyelesaian berbagai konflik di Indonesia secara damai dan demokratis, termasuk konflik di Aceh dan Papua, konflik komunal antar dan intra agama, serta konflik kepentingan dengan negara lain termasuk sengketa perbatasan dengan negara-negara tetangga. Saya juga berupaya sekuat tenaga untuk menjaga dan mempertahankan garis Islam Indonesia yang moderat, rukun dan toleran, di tengah pengaruh global yang sering menyebarluaskan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Saya menyadari bahwa semua itu tidak bisa “to be taken for granted”, melainkan harus terus kita jaga dan upayakan perwujudannya.

Pendek kata saya berupaya sekuat tenaga untuk mengajak bangsa Indonesia agar mencintai perdamaian, menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan, serta tolerans dan bisa membangun persahabatan dan kemitraan dengan bangsa lain. ltulah konon katanya nilai-nilai universal yang diajarkan oleh orang-orang bijak di dunia.

Apa yang terjadi di Gaza dan tempat lain di Timur Tengah atau Afrika Utara dewasa ini, dikaitkan dengan misi dan tantangan yang saya hadapi di Indonesia, bisa dibayangkan betapa beratnya saya mengemban tugas-tugas yang mulia itu. Apa yang harus saya katakan kepada ratusan juta rakyat Indonesia? Bagaimana tidak makin muncul kelompok-kelompok yang radikal di negara kami dan bahkan juga di banyak negara, karena mereka merasa kalah dan dipermalukan, sehingga harus memilih dan menempuh jalannya sendiri-sendiri dalam memperjuangkan keadilan yang diyakininya.

Saya yakin tantangan berat yang saya hadapi ini juga dihadapi oleh banyak pemimpin lain di dunia, termasuk para pemimpin politik, pemimpin pemerintahan, pemimpin organisasi kemanusiaan dan para pemimpin agama. Saya khawatir, karena keacuhan dan kurangnya tanggung jawab kita semua, maka generasi-generasi yang terlahir saat ini kelak akan menjadi generasi yang keras, penuh dendam dan kebencian. Bisa-bisa pula menjadi generasi yang haus darah dan peperangan. Kalau ini yang terlahir dan terjadi di abad ke-21 ini,maka terciptanya perdamaian dan keamanan internasional yang menjadi semangat dan jiwa Perserikatan Bangsa-Bangsa, hanya akan menjadi sesuatu yang sangat ilusif.

Dengan itu semua, pandangan dan usulan konkrit saya sebagai pemimpin Indonesia adalah agar dalam hitungan hari, kalau perlu hitungan jam, para penentu perdamaian dan keamanan dunia, yaitu Dewan Keamanan PBB, utamanya para pemegang Hak Veto, dan negara-negara kunci di kawasan Timur Tengah, segera duduk bersama dan benar-benar bisa memaksakan dilakukannya gencatan senjata. Semangatnya adalah “peace making”. Setelah gencatan senjata dapat diwujudkan,segera diintensifkan bantuan kemanusiaan dan proses politik yang lebih inklusif dan konklusif. Jangan sampai setelah peperangan yang dengan susah payah bisa diakhiri, proses politik itu di lupakan kembali. Jangan mengulangi kesalahan masa lalu.

Dengarkan jeritan rakyat Palestina, utamanya yang tinggal di jalur Gaza yang sudah cukup menderita akibat blokade yang diberlakukan selama ini, serta pandangan Fatah dan Hamas yang semoga makin menyatu, realistis dan konstruktif. Dengarkan pula harapan rakyat Israel agar tidak dihantui oleh rasa takut sepanjang masa setelah tetangganya insya Allah menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. Konflik kedua bangsa itu akan berakhir, menurut hemat saya, jika kemerdekaan Palestina telah benar-benar dicapai dan kemudian Israel tidak merasa terancam olehnya.

Tentunya Israel yang semakin memiliki hati dan semangat persahabatan, dan bukan yang selalu bersikap superior karena merasa negaranya jauh lebih kuat. Negara lain juga harus peduli, tergerak dan ikut berkontribusi bagi terwujudnya cita-cita mulia ini. Indonesia menawarkan diri dan selalu siap untuk dilibatkan dalam proses pengakhiran tragedi kemanusiaan yang penting ini.

lnilah saudara-saudaraku bangsa sedunia, peluang sejarah yang terbuka. Jangan kita sia-siakan, agar kita tidak dikutuk dan disalahkan oleh generasi mendatang oleh anak cucu kita.

Selamat ldul Fitri 1435 Hijriyah kepada kaum muslimin di Palestina semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan pertolongan-Nya. Juga salam damai dan persahabatan untuk semua umat beragama dan bangsa-bangsa sedunia.

Jakarta, 29 Juli 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DR. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Sumber : Poskota
 Sukarno terus menyokong perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina dari kolonialisme 

Perjuangan Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel telah dilakukan sejak era Presiden Sukarno. Baginya, tiap bangsa punya hak menentukan nasibnya sendiri tanpa melalui pengaturan dan campur tangan negara lain.

Sedari awal, Indonesia tak mau mengakui Israel yang diproklamasikan David Ben-Gurion pada 14 Mei 1948, karena merampas tanah rakyat Palestina. Pemerintah Indonesia tak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Ucapan selamat dan pengakuan kemerdekaan Indonesia yang dikirimkan Presiden Israel Chaim Weizmann dan Perdana Menteri Ben Gurion tak pernah ditanggapi serius pemerintah Indonesia. Mohammad Hatta hanya mengucapkan terimakasih, namun tak menawarkan timbal-balik dalam hal pengakuan diplomatik. Sukarno juga tak menanggapi telegram ucapan selamat dari Israel.

Sewaktu Sukarno mulai menggagas Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 1953, Indonesia dan Pakistan menolak keras diikutsertakannya Israel dalam konferensi tersebut. Keikutsertaan Israel bakal menyinggung perasaan bangsa Arab, yang kala itu masih berjuang memerdekakan diri. Sementara Israel adalah bagian dari imperialis yang hendak dienyahkan Sukarno dan pemimpin-pemimpin dunia ketiga lainnya.

Dalam pidato pembukannya di KAA pada 1955 yang juga dihadiri pejuang Palestina Yasser Arafat, Sukarno menyatakan bahwa kolonialisme belum mati, hanya berubah bentuknya. Neokolonialisme itu ada di berbagai penjuru bumi, seperti Vietnam, Palestina, Aljazair, dan seterusnya.

Maka dari itu, tulis Ali Sastroamidjojo dalam Tonggak-Tonggak di Perjalananku, Bung Karno mengajak supaya bangsa-bangsa Asia dan Afrika di dalam Konperensi ini membentuk satu front anti-kolonialisme dengan membangun dan memupuk solidaritas Asia-Afrika.

“Imperialisme yang pada hakikatnya internasional hanya dapat dikalahkan dan ditundukkan dengan penggabungan tenaga antiimperialisme yang internasional juga,” ujar Sukarno dalam pidato hari ulangtahun Republik Indonesia ke-21 pada 17 Agustus 1966, sebagaimana dimuat dalam Revolusi Belum Selesai.

Pasca KAA, solidaritas Asia-Afrika menguat dan semangat antikolonialisme makin membara di dada rakyat kedua benua. Sukarno makin keras mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina. Hal itu dia lakukan dengan berbagai cara, tak terkecuali melalui olahraga. Maulwi Saelan, pengawal Sukarno, masih ingat betul pengalamannya tatkala sepakbola menjadi salahsatu alat perjuangan Indonesia di pentas politik internasional. Menurutnya, pada 1958 Indonesia tinggal selangkah lagi masuk ke ajang Piala Dunia. Di penyisihan wilayah Asia Timur, Indonesia berhasil menundukkan Tiongkok. Indonesia tinggal memainkan pertandingan penentuan melawan Israel sebagai juara di wilayah Asia Barat. Namun, Sukarno melarangnya. “Itu sama saja mengakui Israel,” ujar Maulwi menirukan omongan Sukarno, kepada Historia. “Ya, kita nurut. Nggak jadi berangkat,” lanjut mantan penjaga gawang tim nasional yang pernah membawa Indonesia menahan imbang Uni Soviet dalam Olimpiade Melbourne 1956.

Perlawanan terhadap Israel kembali dilakukan oleh Sukarno ketika Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games IV pada 1962. Pemerintah Indonesia tak memberikan visa kepada kontingen Israel dan Taiwan. Meski alasan resmi yang dikeluarkan adalah, Indonesia tak mempunyai hubungan diplomatik dengan kedua negara tersebut, tapi alasan politik antiimperialisme Sukarno mendasari kebijakan tersebut. Saat itu, negara-negara Arab sedang bersengketa dengan Israel yang ditopang Barat. Sedangkan China dikucilkan dunia internasional setelah Barat hanya mengakui Taiwan sebagai pemerintahan China yang sah. Sukarno melihat hal ini sebagai bentuk penindasan negara-negara Old Established Forces (Oldefos) terhadap New Emerging Forces (Nefos).

Akibatnya, Komite Olimpiade Internasional (IOC) menskors keanggotaan Indonesia dengan batas waktu yang tak ditentukan. Alih-alih patuh, Sukarno justru memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia keluar dari IOC pada Februari 1963. Sukarno terus melawan. “Sebagai jawabannya Sukarno membentuk Ganefo yang diadakan tahun 1963, yang menjadi pertanda kebesaran bangsa ini dan pertanda ketidaktergantungan pada kekuatan-kekuatan dunia yang ada,” tulis John D. Legge dalam Sukarno: Biografi Politik.

Semasa pemerintahan Sukarno pula Indonesia aktif mendukung perjuangan kemerdekaan di berbagai penjuru dunia dengan bantuan dana dan lain sebagainya. Tak hanya di tingkat pemerintahan, rakyat Indonesia juga aktif mendukung kemerdekaan Palestina dan bangsa-bangsa lain seperti Aljazair dan Afrika Selatan. Melalui OISRAA (Organisasi Indonesia untuk Setikawanan Rakyat Asia-Afrika) yang berdiri pada 1960 dan tergabung dalam AAPSO (Organisasi Solidaritas Rakyat Asia-Afrika), kerjasama perjuangan tersebut diintensifkan.

Hingga saat kekuasaannya sudah direbut Jenderal Soeharto pada 1966, Sukarno tetap pada pendiriannya dalam hal perjuangan rakyat Palestina melawan Israel. Dalam pidatonya pada hari ulangtahun Republik Indonesia ke-21, Sukarno menyatakan, “Kita harus bangga bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus, bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa antiimperialisme, tetapi juga konsekuen terus berjuang menentang imperialisme. Itulah pula sebabnya kita tidak mau mengakui Israel!” (OLEH: MF MUKTHI)

Sumber : Historia
Sebuah wawancara panjang mengungkap sisi lain dari Edward Snowden. Pembocor rahasia Badan Keamanan Amerika Serikat (NSA) hingga kini masih berada di bawah perlindungan Rusia. Dia menceritakan secara lengkap sejak dirinya memutuskan mengungkap rahasia NSA itu.

Snowden mengakui sebelum membocorkan dokumen rahasia dia lebih dulu memikirkan akan sampai di mana perjalanannya berakhir. Dia mengerti betul segala risiko dan merencanakan dengan matang sebab setiap hal tidak bisa dikompromikan. Namun satu hal dia masih buta. Pers. Dia sama sekali tak pernah berdekatan dengan jurnalis dan tak mengerti cara kerja wartawan. "Ini periode yang gugup. Saya memastikan seluruh dokumen tersebar di banyak negara berbeda," ujarnya, seperti dilansir surat kabar the Guardian, Sabtu (19/7).

Snowden sadar betul dirinya bakal berakhir tragis. Terbunuh atau dipenjara seumur hidupnya. Bahkan Kota Hong Kong, China dipilihnya untuk perjalanan pertama kali dianggap bunuh diri. Banyak pengamat mengatakan seharusnya dia langsung saja ke negara-negara latin. "Misi saya hanya mencari wartawan dan mengatakan informasi ini ke mereka. Setelah itu selesai," ujar lelaki berkacamata ini.

Snowden juga mengatakan sangat luar biasa melihat reaksi publik pada dokumen dia bocorkan. Dia lega akhirnya separuh lebih warga dunia mengetahui kebusukan pemerintah Amerika dan apa yang mereka lakukan untuk membatasi warga dunia. Snowden mengatakan saat dirinya di NSA negara melakukan penyadapan atas nama keamanan nasional. Namun saat dia melihat mereka mencegat komunikasi, merebut sistem tanpa surat perintah, tanpa keterlibatan pengadilan, dan sebagainya, Snowden sadar mereka hanya melindungi keamanan pemerintah saja dan bukan nasional.

Bagi Snowden demokrasi di barat itu tidak lebih dari usaha mengamankan diri sendiri.

Kini kehidupannya di Rusia cukup baik meski dia mengaku kesulitan untuk bepergian ke mana pun lantaran emoh dikenali orang. "Saya pasti dikenali sebab bahasa Rusia saya tidak baik," ujarnya. Meski demikian Snowden mengaku lebih aman di sana ketimbang kembali ke Amerika dan menghadapi sidang tanpa keadilan.

Snowden banyak belajar di Rusia termasuk menajamkan pandangan dia soal terorisme. Dia pun mengomentari kasus Bom Boston pernah menghebohkan sejagat tahun lalu.

Menurut Snowden kasus-kasus terorisme dewasa ini bukan lantaran pengawasan dari publik. Seluruhnya sudah ditargetkan. "Tidak ada aksi teroris itu tunggal termasuk Bom Boston. Kedua kakak-adik itu memang sudah dalam pengawasan," ujarnya merujuk pada pelaku. Snowden juga meyakinkan, saat ini pun masih ada komunikasi yang disadap, dan masih ada operasi intelijen yang berhasil dilakukan di seluruh dunia.

Lama jauh dari tanah airnya tentu saja membuat Snowden rindu pulang ke Amerika. Jika diizinkan dia rela menerima pengadilan yang sebenar-benarnya. Namun kini Snowden mencoba menikmati hidupnya di Rusia sembari terus belajar dan menyiapkan diri untuk ekstradisi selanjutnya. "Saya tidak yakin politik bisa menjamin hak kita dan pemerintah melindungi hak itu,".

Sumber : Merdeka
Apa julukan yang tepat untuk Edward Snowden, mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, pembocor data rahasia intelijen Amerika Serikat yang mengungkap praktik Pemerintah Amerika memata-matai warga negaranya, negara lain, dan tokoh internasional? Pengkhianat atau pahlawan? Analis sistem kelas rendah atau malah mata-mata yang terlatih?

Mempermalukan para petinggi pemerintahan Amerika dan kemudian berhadapan dengan tuduhan spionase, Snowden menggambarkan dirinya sendiri dalam sebuah wawancara di NBC, yang tayang pada Rabu (28/5/2014). Dia berkeyakinan bahwa langkahnya membuka dokumen praktik intelijen Pemerintah Amerika Serikat tersebut sebagai tindakan benar.

Wawancara dilakukan jarak jauh dengan Snowden berada di sebuah hotel di Moskwa, Rusia. Meski beberapa kali melakukan wawancara serupa, Snowden baru kali ini tampil di jaringan televisi yang berbasis di Amerika Serikat.

Berikut ini adalah 10 poin penting dari wawancara dengan mantan kontraktor NSA berusia 30 tahun tersebut sebagaimana dikutip dari CNN.

1. Arti pahlawan menurut Snowden

"Menjadi pahlawan bukan berarti memberikan prioritas layanan kepada pemerintah di atas segalanya," kata Snowden.

"Menjadi pahlawan adalah tahu kapan harus melindungi negara Anda, tahu kapan harus melindungi konstitusi Anda, tahu kapan harus melindungi semua warga negara Anda, dari pelanggaran dan gangguan musuh. Lawan yang dihadapi juga tidak harus negara lain."

Jawaban ini merupakan tanggapan tajam atas pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry yang lebih dulu bicara di NBC pada Rabu pagi.

Kerry menyatakan dalam wawancara itu, "Pahlawan tidak kabur ke Rusia. Mereka tidak mencari suaka ke Kuba. Mereka tidak mencari suaka ke Venezuela. Mereka berjuang di sini."

Dalam wawancara soal Snowden tersebut, Kerry menyebut mantan kontraktor NSA itu sebagai pengecut. "Dia adalah pengkhianat. Dia mengkhianati negaranya."

2. Snowden mengatakan dia dilatih sebagai mata-mata

Presiden AS Barack Obama pada tahun lalu menyebut Snowden sebagai peretas. Pejabat lain di pemerintahan Obama menyebut Snowden sebagai analis rendahan. "Itu menyesatkan," kata Snowden.

"Saya dilatih sebagai mata-mata dalam semacam pengertian kata itu secara tradisional," ujar Snowden. "Kadang aku bekerja menyamar di luar negeri, berpura-pura bekerja di bidang selain pekerjaan saya, bahkan menggunakan nama orang lain."

Menurut Snowden, pemerintahnya bisa jadi sekarang membantah hal tersebut. "Mereka mungkin membingkainya dengan cara tertentu, seperti "Oh, Anda tahu, dia cuma analis rendahan".

3. Rusia bukan tempat tujuan Snowden

Snowden mengaku dia sendiri pun terkejut sekarang "terdampar" di Rusia. "Saya tak pernah berniat berakhir di Rusia," kata dia. Snowden mengakui rencananya adalah pergi ke Kuba lalu ke kawasan Amerika Latin.

Namun, kata Snowden, perjalanannya dari Hongkong dicegat Pemerintah Amerika Serikat. Pencegatan dilakukan dengan pencabutan paspor yang membuatnya terjebak di Bandara di Moskwa.

Selama tinggal di Rusia, Snowden mengakui ada kesenjangan budaya tetapi dia bisa menyesuaikan diri. "Aku bisa beradaptasi," kata dia.

Menurut Snowden, gaya hidupnya pun tak banyak berbeda dengan saat tinggal di Amerika. "Inilah indahnya internet. Kita tak lagi terikat dengan masyarakat dalam koneksi fisik."

4. The Wire, tontonan waktu luang Snowden

Untuk mengisi waktu luang, Snowden mengaku menonton serial lama The Wire. "Aku benar-benar menikmatinya." Namun, menurut dia, season 2 dari serial itu tak terlalu hebat.

5. Snowden tak suka dengan beberapa kebijakan Rusia

Meski tinggal dan mendapat izin dari Pemerintah Rusia, Snowden mengaku tak punya hubungan khusus dengan pemerintah Vladimir Putin. Dia juga mengaku tak suka dengan beberapa kebijakan Rusia.

"Kadang-kadang membuat frustrasi menjadi seseorang yang bekerja keras memperluas domain hak dan privasi perorangan tetapi kemudian terjebak di tempat yang menentang hak-hak itu dengan cara yang menurut saya sangat tidak adil."

Snowden memberi contoh hukum di Rusia yang tak dimengertinya adalah aturan baru yang mengharuskan bloger untuk mendaftarkan diri. "Apa dasar hukum untuk itu? Pemerintah seharusnya tidak mengatur kebebasan pers."

Menurut Snowden ada banyak hal yang karenanya ingin dia lakukan di Rusia. Namun, kendala bahasa membatasinya. "Ini terasa mengisolasi dan membuat frustrasi."

6. Mata-mata hanya butuh telepon genggam

Snowden mengatakan, seorang agen mata-mata Amerika Serikat dan negara lain hanya butuh sebuah telepon genggam untuk tahu banyak tentang seseorang bila memang menginginkannya.

"NSA, dinas intelijen Rusia, dinas intelijen China, setiap dinas intelijen di dunia yang memiliki dana yang signifikan dan tim riset yang ditunjang teknologi dapat masuk ke jaringan mana pun dalam hitungan menit."

Bahkan, kata Snowden, dinas intelijen itu bisa mengaktifkan telepon di mana pun dari jarak jauh. Menurut dia, aktivitas seseorang mencari informasi lewan mesin pencarian Google dapat mengungkapkan banyak hal.

Informasi yang bisa didapat dari aktivitas "googling" itu, sebut Snowden, mulai dari kewarganegaraan, bahasa yang dipakai, lokasi, pola hidup, aktivitas harian, jadwal harian, jumlah telepon genggam yang dimiliki, hingga relasi selingkuh.

7. Arti rumah bagi Snowden

"Jika aku bisa bepergian ke mana pun di seluruh dunia, tempat itu akan menjadi 'rumah'," kata Snowden. Ketika ditanya lokasi yang benar-benar bisa dia sebut sebagai "rumah", Snowden justru menjawab dengan serangkaian pertanyaan retoris.

"Apa yang tidak saya rindukan? Apa yang akan Anda rindukan? Apa tidak akan Anda rindukan?" sebut Snowden. "Saya merindukan keluarga saya. Saya merindukan rumah saya. Saya merindukan teman-teman saya. Saya rindu pekerjaan saya."

8 . Kenapa Snowden tidak kembali ke Amerika?

Saat ditanya tentang alasannya tak kembali saja ke Amerika untuk menghadapi tuduhan yang dikenakan padanya, Snowden berkomentar pertanyaan itu wajar tetapi bodoh.

Menurut Snowden, dia didakwa menggunakan Undang-undang Spionase. Dengan delik itu, dia mengatakan tak bakal punya kesempatan untuk melakukan pembelaan publik atas kasusnya.

"Anda tidak diizinkan untuk berdebat berdasarkan semua bukti untuk mendukung Anda karena bukti tersebut masuk klasifikasi rahasia."

"Bila seseorang bertanya, 'Mengapa Anda tidak menghadapi tuntutan itu?', saya akan berkata 'Anda harus memahami bahwa tuntutan ini bukan diajukan di pengadilan terbuka dengan peradilan yang adil'," papar dia.

9. Snowden membocorkan rahasia karena sudah tak ada pilihan lain

"Situasi yang ada memaksa bahwa dokumen tersebut harus diberitahukan ke publik," kata Snowden. "Konstitusi Amerika Serikat sudah dilanggar dan dalam skala besar."

Pemerintah Amerika Serikat telah menggunakan dalih ancaman terorisme untuk pembenar bagi program yang membuat kita aman tetapi harus dibayar dengan kebebasan, harga yang tak seharusnya dibayarkan untuk itu.

10. Sudah berupaya dulu memakai jalur resmi

Sebelum akhirnya memilih mengungkapkan dokumen NSA kepada publik, Snowden mengaku sudah berupaya menempuh jalur resmi untuk menghentikan program pengawasan bekas institusinya tersebut.

"Saya melaporkan ada masalah nyata dengan cara NSA menafsirkan otoritas hukumnya," kata Snowden. "Responsnya, dalam bahasa birokrasi kurang lebih, 'Anda harus berhenti bertanya'," ujar dia.

Sumber : Kompas.com
Facebook Follow me on Twitter! Follow me on Google+! Subscribe on Youtube! Subscribe to RSS Feed