Perayaan Hari Ayah di Indonesia memang belum sepopuler Hari Ibu. Perayaan yang juga bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional ini lahir dari prakarsa sebuah komunitas lintas agama pada 2006 silam.
Uniknya, para pemrakarsa Hari Bapak Nasional ini bukanlah kaum ayah. Melainkan para wanita. Kaum ibu yang tergabung dalam Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) menggelar deklarasi Hari Ayah pada 12 November 2006 di Pendapi Gede Balaikota Solo, Jawa Tengah.
Seperti dikutip dari laman Sumenep.go.id, Rabu (12/11/2014), deklarasi juga digelar bersamaan oleh beberapa anggota PPIP lainnya di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Ketua PPIP kala itu, Gress Raja mengatakan, Hari Bapak lahir karena figur ayah sebagai bagian dari keluarga juga memegang peran sangat penting dalam pembentukan karakter keluarga. Bapak dan ibu adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Usai deklarasi, mereka mengirimkan piagam deklarasi Hari Ayah dan buku 'Kenangan Buat Ayah' kepada mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta bupati di 4 penjuru Indonesia. Yakni Sabang, Merauke, Sangir Talaud, dan Pulau Rote.
Sementara Hari Ayah di negara lain dirayakan dalam waktu yang berbeda-beda. Seperti di Serbia yang dirayakan setiap 6 Januari. Lalu di Korea Selatan Hari Ayah diperingati setiap 8 Mei. Sementara rakyat Amerika Serikat, Jepang, dan India merayakannya setiap pekan ketiga di Bulan Juni.
Sumber : Liputan 6
Berikut ini adalah petikan kata-kata tentang Ayah dari Kang Maman ILK (Indonesia Lawak Klub Trans 7) :
Mungkin Ibu lebih kerap menelepon untuk menanyakan keadaanku setiap hari, tapi apakah aku tahu, bahwa sebenarnya Ayahlah yang mengingatkan Ibu untuk meneleponku?
Semasa kecil, Ibukulah yang sering menggendongku. Tapi apakah aku tahu bahwa ketika Ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih, Ayahlah yang selalu menanyakan apa yang aku lakukan?
Saat aku sakit demam, Ayah membentakku "Sudah diberitahu, Jangan minum es!" Lantas aku merengut menjauhi Ayahku dan menangis didepan Ibu. Tapi apakah aku tahu bahwa Ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir?
Ketika aku remaja, aku meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata "Tidak boleh!" Sadarkah aku, bahwa Ayahku hanya ingin menjaga aku, beliau lebih tahu dunia luar, dibanding aku bahkan Ibuku? Karena bagi Ayah, aku adalah sesuatu yang sangat berharga.
Setelah aku dewasa, walau Ibu yang mengantar aku ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah aku bahwa Ayahlah yang berkata : "Ibu, temanilah anakmu"
Saat aku berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukku. Ayahlah yang mengabari sanak saudara, "Anakku sekarang sukses."
Dan akhirnya, saat Ayah melihatku duduk diatas pelaminan bersama pasanganku, Ayahpun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah aku memergoki, bahwa Ayah sempat pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena Ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, "Ya Allah, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra-putri kecilku yang manis bersama pasangannya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar yang Baik dan Bijaksana