Panser Badak |
Pada tahun 2014, akhirnya Pindad "comeback" dengan meluncurkan panser kanon dalam speknya yang definitif. Dengan merubah beberapa tampilan dari purwarupanya yang terakhir, Pindad membuat beberapa kemajuan. Pertama, Pindad akhirnya memperoleh kepastian pasokan baja armor grade dari pabrik baja dalam negeri Posco-Krakatau Steel melalui MoU yang ditandatangani pelaksana tugas Dirut PT Pindad dan Dirut Posco-Krakatau Steel pada pembukaan Indo Defense 201. Baja kualitas militer ini menjadi krusial karena Pindad berulangkali masih harus mengimpor baja dari luar negeri dalam proses yang tidak ekonomis karena harus membayar pajak bea masuk atas lembaran baja tersebut, belum lagi ditilik dari segi kemandirian pembuatan alutsista. Yang kedua, Pindad juga dijanjikan akan melakukan perakitan sistem kubah CSE90LP, sehingga nama kubah ini kelak menjadi CSE90LP- P untuk Pindad. Yang masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Pindad dan Kementrian Pertahanan adalah membangun industri mesin yang aplikatif untuk kendaraan besar termasuk kendaraan militer, karena Indonesia sama sekali tidak memiliki dan bahkan masih sangat tergantung dengan impor. Begitu pula dengan industri sistem optik dan kendali penembakan untuk kendaraan darat.
Panser Badak |
Kanon 90mm Low Pressure Cockerill MkIII memiliki varian munisi yang cukup banyak, mulai dari HE, HEAT, dan bahkan APFSDS dengan rating penetrasi 100mm RHA pada kemiringan 60o pada jarak 1.000m, jadi jangan mengharapkannya atau bermimpi menjebol Main Battle Tank. Untuk operasi anti gerilya menghadapi insurjen yang lari di balik rerimbunan pohon, bolehlah. Akurasinya juga oke punya, pengujian internal Kavaleri atas sistem senjata serupa di atas Tarantula mampu menghasilkan bullseye, berkat akurasi sistem laser rangefinder dalam memberikan pembacaan jarak. Pindad sendiri telah mampu membuat sebagian munisi 90mm ini, jadi kesempatan dan peluang pasar untuk Pindad sebagai centre of excellence dari sistem senjata 90mm MkIII tersebut masih terbuka lebar.
Panser Badak |
Bentuk glacis yang melandai ekstrim ini juga membawa pengaruh pada posisi duduk pengemudi yang ditempatkan di sebelah kanan depan. Tidak menggunakan tutup palka biasa, pada Badak palka pengemudi dibuat tidak flush alias sedikit menonjol dari pelat atas kendaraan, untuk memberikan ruang pandang yang memadai. Tersedia tiga periskop panoramik untuk pengemudi, sesuatu yang cukup ‘wah’ untuk ranpur semacam ini yang biasanya hanya dilengkapi satu periskop prisma. Tersedia kamera di sisi belakang yang terhubung ke display untuk pengemudi, membantu saat memundurkan kendaraan.
Di sebelah kiri pengemudi terdapat mesin Diesel inline 6 silinder yang dilengkapi turbocharger, mampu menyemburkan daya sampai dengan 320hp. Dengan bobot kendaraan hanya pada kisaran 11 ton, power to weight rationya mencapai 29hp/ ton, tidak heran Badak bisa dipacu dengan sangat kencang sampai kecepatan 90km/ jam di jalanan aspal mulus dan rata. Di tengah kendaraan terpasang kubah CSE90LP, dimana (dari atas) komandan duduk di sebelah kiri, dan juru tembak duduk di sebelah kanan. Komandan memiliki lima periskop prisma dan satu periskop besar hadap depan, sementara juru tembak memiliki empat periskop dan satu periskop bidik besar yang bisa dilengkapi dengan beragam sistem mulai dari kamera pandang malam, kamera termal, sampai dengan kamera infra merah. Meriam berulir 90mm ditemani oleh senapan mesin koaksial 7,62 x 51mm NATO di sebelah kiri untuk menyapu habis ancaman pasukan infantri. Untuk fungsi anti infantri/ helikopter, disediakan pintle mount pada sisi komandan untuk memasang senapan mesin sedang seperti FN MAG, MG3, atau bila diperlukan, opsi dudukan senapan mesin berat seperti CIS 50MG.
Panser Badak |
Sebagai ranpur kelas 10 ton, Pindad sudah dapat diacungi jempol mengingat hasil kerja keras mereka akhirnya terwujud dalam kendaraan produksi final. Melihat kemampuannya, Badak boleh dikatakan setara atau bahkan melebihi kemampuan 22 unit Tarantula yang kadung dibeli oleh TNI AD, menandakan bahwa untuk kelas kendaraan panser kanon, Indonesia sebagian besar sudah mampu mandiri dan tidak tergantung dari Negara luar lagi. Yang patut disayangkan adalah sistem senjata yang dipilih. CMI sebagai pemasok memiliki banyak varian kubah dan meriam, dan boleh dikatakan CSE90LP kelasnya ada di bawah Badak. Meriam 90mm Low Pressure sewajarnya merupakan senjata bagi ranpur kelas 4x4 seperti V150 (versi modernnya saat ini dikenal sebagai Textron COMMANDO Select), bukan 6x6. Pindad harus berani melirik meriam 90mm medium pressure seperti yang terpasang pada kubah CMI CT-CV 90MP/ LCTS 90MP. Meriam yang merupakan turunan dari Cockerill Mk8 KEnerga ini mampu menggasak tank sekelas T-72 (generasi awal) dan M60. Apalagi CMI sudah menyebut bahwa LCTS 90MP mampu digotong oleh ranpur kelas 10 ton, dan sudah dibuktikan pada SIBMAS 6x6. TNI sebagai user juga sudah harus membuka mata dan melakukan update atas pengetahuan yang mereka miliki, jangan melulu terpaku pada kanon 90mm low pressure yang sudah usang dan kalah dari kanon tembak cepat 25/30/40mm!.
PINDAD BADAK 6x6
- Panjang : 6 m
- Lebar : 2,5 m
- Tinggi : 2,9 m
- Wheelbase : 1,5 m
- Bobot : 11 ton
- Power to weight ratio : 22,85-29 hp/ ton
- Ground clearance : 400 mm
- Max speed : 90 km/ jam
- Sudut tanjakan : 60o
- Sudut kemiringan : 30o
- Arung air : 1 m
- Halangan parit : max. 0,75 m
- Radius putar : 10 m
- Jarak tempuh : 600 km
- Mesin : Diesel inline turbocharger intercooler 6 silinder daya 320 hp dengan transmisi otomatis 6 maju dan 1 mundur
Sistem senjata
- Kubah CSE 90LP dengan kanon 90mm rifled dan koaksial 7,62 mm
- Pintle mount 7,62 mm
- 66mm smoke discharger
Sumber : ARC
Photo : Pindad
Photo : Pindad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar yang Baik dan Bijaksana