Yang juga wajib terpenuhi adalah kebutuhan akan kapal Amfibi untuk operasi pendaratan pasukan dan juga membawa beragam jenis alutsista, seperti tank. Untuk jenis kapal amfibi, yang menjadi maskot bagi TNI AL untuk saat ini sendiri khususnya ialah kapal jenis LPD yang tergolong alutsista baru dikalangan TNI AL serta juga dari segi teknologi dan kemampuan masih diatas kapal jenis LST.
Indonesia sendiri setidaknya memiliki 18 kapal LST (Landing Ship Tank) dan 5 kapal LPD (Landing Platform Dock) yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah kapal amfibi terbanyak di kawasan Asia tenggara. Kapal-kapal LST tersebut memiliki peran tersendiri yang strategis bagi TNI AL.
Namun dikarenakan beberapa LST TNI AL sudah memasuki usia pengabdian yang sangat tua, maka sudah merupakan keharusan untuk dilakukan penggantian dengan jenis LST yang baru. Untuk itu Kemenhan RI memesan 2 LST buatan PT. Dok dan Perkapalan (DKB) Kodja Bahari, Jakarta. Kemenhan RI juga memesan 1 LST ke PT. Daya Radar Utama (PT DRU).
Dari ketiga LST pesanan Kemenhan RI, kapal pertama yang telah selesai pembuatannya adalah KRI Teluk Bintuni 520 yang dibuat PT DRU. Sebelumnya Indonesia juga telah mampu memproduksi sendiri kapal amfibi jenis LPD yang dibuat di PT PAL Surabaya, hasil kerja sama dengan Korea Selatan.
Kapal jenis Landing Ship Tank (LST) produksi PT DRU ini memiliki spesifikasi panjang 120 meter, lebar 18 meter, dengan tinggi 11 meter. Kecepatannya 16 knot. Main engine-nya 2×3285 KW dengan dua mesin yang jadi mesin utamanya dan bobot berat kosong 2300 ton, yang menjadikan KRI Teluk Bintuni ini menjadi kapal jenis LST terbesar TNI AL, karena kapal LST lain yang ada di jajaran TNI AL yakni kelas Gilimanuk buatan Korea memiliki berat kosong sekitar 1800 ton, lalu kelas Frosch buatan Jerman Timur hanya memiliki berat kosong sekitar 1530 ton. Nama kapal ini (KRI Teluk Bintuni) sendiri diambil dari nama sebuah teluk di Papua.
KRI Teluk Bintuni ini terdiri dari 7 lantai yang letaknya secara berurutan dimulai dari bawah yakni deck A merupakan ruang untuk tangki dan ruang pasukan. Paling bawah adalah bottom deck yang menjadi ruang khusus mesin kapal dan deck B untuk pasukan. Lalu, deck C untuk kru kapal termasuk tempat tidur dan peralatan keseharian kru kapal. Deck D juga untuk kru kapal dan deck E untuk komandan dan para perwira. Kemudian, deck F untuk ruang komando. Terakhir, deck G alias top deck atau kompas deck digunakan untuk meletakkan dua radar utama.
Untuk persenjataan/ armament, KRI Teluk Bintuni ini dilengkapi dengan meriam Bofors kaliber 40/L70 mm yang ditempatkan pada bagian haluan. Kemudian ada kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) kaliber 20 mm, serta dua unit SMB (Senapan Mesin Berat) kaliber 12,7 mm. Dari kesemua jenis senjata tersebut memang hanya diproyeksikan untuk pertahanan diri/self defence. Dan dalam operasi tempur, kapal LST tentunya harus mendapat kawalan dari Satuan Kapal Eskorta atau Satuan Kapal Cepat. KRI Teluk Bintuni 520 ini sanggup dimengangkut 113 ABK (anak buah kapal), enam orang kru helikopter, dan pasukan sebanyak 361 orang. Untuk mengantar pasukan Marinir ke pantai, LST ini dapat membawa 4 unit LCVP (Landing Craft, Vehicle, Personnel). Untuk memudahkan loading logistik dan cargo, pada bagian depan anjungan juga dilengkapi crane.
KRI Teluk Bintuni sanggup memuat 10 unit tank khusus jenis Leopard dengan berat masing-masing 62,5 ton full loaded. Juga memuat satu unit panzer ZAVBL yang beratnya 55 ton. Kapal perang jenis LST ini juga memiliki helipad yang bisa memuat dua heli langsung karena ada disediakan lahan parkir untuk helipad didalam kapal.
Referensi dan Pic: saibumi.com
Kapal teluk bintuni, bila di gabung 3 menjadi satu maka akan menjadi kekuatan maha dahsyat dan jadilah kapal induk raksasa. Jadi posisinya satu di depan lalu dua dibelakang sejajar, disatukan shg sangat luas jadilah kapal induk Indonesia (kani) dan saya percaya sangat disegani oleh kapal laut yg ada didunia
BalasHapus