Pages - Menu

Mengenal Persenjataan Kapal Perang “Bung Tomo Class” TNI AL

Kapal perang jenis Multi Role Light Frigate (MRLF) atau korvet type F2000 buatan BAE Systems Marine Inggris yang awalnya dibuat untuk angkatan laut Brunei namun batal, akhirnya di beli oleh Indonesia denga harga $380 juta, atau hanya sekitar 20% dari total biaya yang telah dikeluarkan oleh Brunei. Ada yang menyebut bahwa batalnya Brunei untuk menggunakan kapal perang ini karena masalah spesifikasi yang kurang sesuai dengan kebutuhan mereka (karena terlalu besar), ada juga yang menyebut bahwa kualitas kapal perang ini dibawah standar. Namun terlepas dari persoalan itu, nyatanya kapal ini akhirnya menjadi milik TNI AL dan telah melalui upgrade yang menjadikan kapal ini menjadi monster laut yang cukup gahar, proses upgrade juga dilakukan oleh teknisi-teknisi handal dari Indonesia yang membuat kapal ini menjadi meningkat kualitasnya. Kita patut bangga dengan ahli-ahli dari Indonesia yang akhirnya membuat kapal ini menjadi begitu baik.

KRI Bung Tomo 357 (MarineTraffic.com)
KRI Usman-Harun 359
Kapal ini memiliki berat 1,940 ton, dengan panjang keseuruhan 95 meter, lebar 12,8 meter. Ditenagai oleh 4 x MAN B&W / Ruston diesel engine (total of 30.2 MW). Kecepatan maksimal 30 knot dengan jarak jelajah 9,000 km. Diawaki oleh 79 pelaut.

Lalu apa sajakah persenjataan yang terdapat di kapal perang Bung Tomo Class ini...

Rudal Anti Kapal Exocet MM40 Block II


Kapal perang jenis Bung Tomo Class ini (KRI Bung Tomo 357, KRI John Lie 358, KRI Usman-Harun 359) dilengkapi dengan 8 rudal exocet.

Rudal buatan Prancis ini memang sangat populer dan menjadi salah satu andalan rudal TNI AL. Jenis rudal Exocet milik TNI AL, MM-40 Block II bukanlah tipe terbaru, keluarga Exocet terbaru kini sudah ada MM-40 Block III. Selain bisa menjangkau sasaran hingga 180 Km, seperti halnya MM-40 Block II, rudal ini bisa dioperasikan secara fire and forget. Kemampuan lain yakni untuk menghindari jamming dari musuh. Dengan memiliki jangkauan target antara 75 – 180 Km, Excocet juga layak disebut rudal lintas cakrawala. Untuk itu tantangan bagi TNI AL selanjutnya adalah penyediaan elemen OTHT (Over The Horizon Target), berupa radar penjejakan yang memdadai, baik pada unsur kapal perang, pesawat udara, kapal selam, ataupun satelit. Meski Block II bukan versi Exocet terbaru, tapi kabarnya bisa dilakukan upgrade dari Block II ke Block III. Dengan upgrade ke Block II, dimungkinkan rudal Exocet untuk menghantam sasaran di pantai dan daratan.

Rudal yang memiliki kecepatan 315 meter per detik (1,030 ft/s) ini, selain dirancang untuk platform anti kapal permukaan, Exocet yang dalam bahasa Prancis berarti “ikan terbang”, juga dibuat varian lain, diantaranya AM-39 (versi anti kapal yang diluncurkan dari pesawat tempur) dan SM 39 (versi yang dapat diluncurkan dari kapal selam). Versi AM 39 terbilang cukup fenomemal di dekade 80an, dimana AM 39 yang diluncurkan dari pesawat Super Etendard Argentina mampu menghajar dan menenggelamkan HMS Shiefield, frigat Inggris dalam perang Malvinas. AM 39 milik Irak yang diluncurkan dari Mirage F1 juga pernah menghajar USS Stark, walau tak sampai membuat frigat AS itu tenggelam. Saat ini tak kurang 33 Angkatan Luat di dunia menggunakan Exocet, populasi rudal ini diperkirakan ada lebih dari 3.300 unit.



VLS Mica Surface-to-air Missile


Total ada 16 peluncur rudal Mica di korvet Bung Tomo Class, posisi penempatannya berada diantara anjungan dan di belakang kanon OTO Melara pada haluan kapal. Oleh MBDA rudal ini dirancang untuk bisa dioperasikan dalam waktu singkat (rapid reaction), mampu beroperasi di segala cuaca, dan mampu menyesuaikan dengan arah datangnya target hingga 360 derajat.

Rudal ini dioperasikan secara otomatis dari Combat Management Systems (CMS) yang berada di PIT (Pusat Informasi Tempur). Untuk pasokan data dan arah datangnya target dipasok dari radar surveillance 3D. Saat rudal berhasil diluncurkan, tidak diperlukan dedicated target tracker, artinya Mica dapat melaju menghantarkan maut secara fire and forget. Untuk sistem pemandu, rudal ini mengusung teknologi IR (infrared) atau radio frequency homing head. Target favorit rudal ini adalah pesawat tempur, UAV, helikopter dan menyergap rudal anti kapal, termasuk sasaran dalam modus sea skimming. Sistem CMS Mica dapat meng-handle multi target secara simultan. Guna menghadapi skenario serangan dari beragam target secara bersamaan, Mica dapat diluncurkan dalam tembakan salvo.


Untuk jangkauan, Mica dapat menyergap sasaran sejauh 20.000 – 25.000 meter dengan ketinggian 30.000 feet (setara 9.144 meter). Jika terpaksa, Mica bisa saja ditembakan dengan jarak minimum sasaran sejauh 1 km. Soal kecepatan, Mica dapat melaju hingga Mach 3. Rudal ini punya bobot total 112 kg dengan berat hulu ledak 12 kg. Aktivasi hulu ledak didasarkan proximity radar fuze. Sementara untuk panjang rudal 3,1 meter dengan diameter 0,16 meter. Yang patut diacungi jempol, Mica sanggup menghadapi target yang punya kemampuan manuver tinggi. Semisal berhadapan dengan jet tempur, rudal ini sanggup meladeni G-force hingga 50G pada jarak 7 km, dan 30G pada jarak 12 km.

Oto Melara 76 mm


Meriam Oto Melara 76 mm merupakan meriam utama di kapal perang Bung Tomo Class dan beberpa kapal perang TNI AL lainnya. Meriam ini juga banyak di gunakan sebagai meriam utama di berbagai jenis pada kapal perang lain di dunia, lebih kurang 53 Angkatan Laut telah menggunakan meriam jenis ini. Meriam yang di produksi oleh perusahaan Otobreda Italia ini meski mempunyai kaliber yang tidak begitu besar namun bisa diandalkan, sehingga banyak dipercaya oleh produsen kapal perang di dunia untuk di pasang di atas kapal perang produksi mereka, mulai dari jenis kapal patroli, korvet hingga fregat.

Oto Melara 76 mm pada Sigma Class TNI AL
Meriam Oto Melara 76 mm ini mampu menembak dengan kecepatan tinggi (rapid fire) sehingga cocok untuk digunakan sebagai meriam penangkis serangan udara, baik berupa peluru kendali maupun pesawat terbang dan helikopter. Dengan kaliber sebesar 76 mm, juga mampu digunakan sebagai meriam anti kapal permukaan, amunisi yang di pakai meriam ini terdiri dari berbagai jenis, diantaranya adalah jenis amunisi armour piercing, incendiary, directed fragmentation dan lain-lain, sedang untuk jarak tembak tergantung pada sudut tembakan dan material amunisi yang di gunakan, namun secara umum jarak tembak bisa mencapai antara 5.000 meter hingga 20.000 meter.

DS 30B REMSIG 30 mm


DS 30B REMSIG kaliber 30 mm merupakan buatan MSI Defence Systems Ltd (Inggris). Kanon dengan laras tunggal ini dirancang khusus untuk kebutuhan armada frigate dan kapal cepat AL Inggris (Royal Navy). Fungsi hakiki kanon ini adalah untuk menghadang terjangan roket, rudal jarak pendek, roket pelontar granat. Dengan amunisi kaliber besarnya, DS 30B pun afdol untuk melumat sararan udara yang terbang rendah. Dalam misi tempur jarak dekat, keberadaan kanon jenis ini juga sangat efektif untuk memberikan tembakan ke sasaran di permukaan laut. Di Bung Tomo Class, terdapat DS 30B yang ditempatkan pada sisi kanan dan kiri lambung kapal.

Kanon DS 30B mengadopsi laras Bushmaster II Mark 44 buatan Alliant Techsystems. Agar lebih awet dalam operasional, laras dilapisi bahan chromium untuk memperpanjang usia pakai. Amunisi yang digunakan mulai dari standar GAU-8 Avenger yang dilengkapi API (Armor-Piercing Incendiary), HEI (High-Explosive Incendiary) and APFSDS-T (Armor-Piercing Fin-Stabilized Discarding Sabot-Tracer). Dengan mengganti laras dan beberapa komponen kunci, dimungkinkan kanon DS 30B untuk menembakkan proyetil kaliber 40 mm. Dalam versi lain, DS 30 dapat ditambahkan teknologi SIGMA (Stabilized Integrated Gun Missile Array), yakni integrasi dua rudal SAM MANPADS pada pangkal laras, diantaranya pilihan rudal Starburst atau Mistral.

Dengan jarak tembak maksimum 10.000 meter, kanon dapat mengumbar 650 proyektil dalam hitungan satu menit. Kecepatan luncur proyektil mencapai 1.080 meter per detik. Sudut elevasi vertikal laras maksimum 65 derajat hingga -20 derajat. Amunisi ditempatkan dalam cartridge yang berisi 160 peluru. Secara keseluruhan, bobot kanon termasuk dengan amunisi mencapai 1,2 ton.

Meski berbeda dengan model kanon CIWS (close in weapon systems), DS 30B juga dapat dikendalikan secara otomatis dengan mengandalkan perangkat sensor Radamec 2500 yang modulnya terpasang di atas anjungan. Sejatinya, DS 30B dapat dikendalikan secara hybrid, selain pengendali lewat remote otomatis, kanon juga dapat dioperasikan secara manual, pasalnya bagian samping DS 30B terdapat kompartemen bagi juru tembak (gunner). Pola operasi secara hybrid sudah barang tentu dapat bermanfaat tatkala sistem elektronik pada kapal mengalami masalah.

Radamec 2500 merupakan perangkat sensor electro optic weapon director. Radamec 2500 diperkenalkan pada tahun 1995. Di dalam modul Radamec 2500 terangkum beberapa sensor, seperti Sea Archer 30, FLIR (forward looking infra red), TV, eye safe high, dan PRF laser radio frequency. Hasil pencitraan dari Radamec 2500, selanjutnya dituangkan dalam dual imaging sensor yang terdapat di dalam PIT (pusat informasi tempur). Bagi operator pengendali, dapat dilakukan monitoring dan eksekusi tindakan lewat joystick. Selain juga didukung layar monitoring dengan asupan teknologi touch screen.

Posisi peragkat Radamec 2500 pada Korvet Bung Tomo Class
Remote operator console DS 30B

Radamec 2500 dapat di setting dengan multi mode auto tracker, lima sasaran dapat dipantau sekaligus dari jarak 18.000 meter. Radamec 2500 dirancang untuk dapat mengendalikan dua kanon DS 30B.

Peluncur Torpedo Triple BAE Systems kaliber 324 mm

Peluncur B515, wahan peluncur torpedo A244-S pada korvet SIGMA TNI AL
Kapal ini juga dilengkapi dengan 2 peluncur torpedo triple BAE Systems kaliber 324 mm untuk menyerang target dibawah permukaan air (Kapal Selam).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan Komentar yang Baik dan Bijaksana