Sebuah wawancara panjang mengungkap sisi lain dari Edward Snowden. Pembocor rahasia Badan Keamanan Amerika Serikat (NSA) hingga kini masih berada di bawah perlindungan Rusia. Dia menceritakan secara lengkap sejak dirinya memutuskan mengungkap rahasia NSA itu.
Snowden mengakui sebelum membocorkan dokumen rahasia dia lebih dulu memikirkan akan sampai di mana perjalanannya berakhir. Dia mengerti betul segala risiko dan merencanakan dengan matang sebab setiap hal tidak bisa dikompromikan. Namun satu hal dia masih buta. Pers. Dia sama sekali tak pernah berdekatan dengan jurnalis dan tak mengerti cara kerja wartawan. "Ini periode yang gugup. Saya memastikan seluruh dokumen tersebar di banyak negara berbeda," ujarnya, seperti dilansir surat kabar the Guardian, Sabtu (19/7).
Snowden sadar betul dirinya bakal berakhir tragis. Terbunuh atau dipenjara seumur hidupnya. Bahkan Kota Hong Kong, China dipilihnya untuk perjalanan pertama kali dianggap bunuh diri. Banyak pengamat mengatakan seharusnya dia langsung saja ke negara-negara latin. "Misi saya hanya mencari wartawan dan mengatakan informasi ini ke mereka. Setelah itu selesai," ujar lelaki berkacamata ini.
Snowden juga mengatakan sangat luar biasa melihat reaksi publik pada dokumen dia bocorkan. Dia lega akhirnya separuh lebih warga dunia mengetahui kebusukan pemerintah Amerika dan apa yang mereka lakukan untuk membatasi warga dunia. Snowden mengatakan saat dirinya di NSA negara melakukan penyadapan atas nama keamanan nasional. Namun saat dia melihat mereka mencegat komunikasi, merebut sistem tanpa surat perintah, tanpa keterlibatan pengadilan, dan sebagainya, Snowden sadar mereka hanya melindungi keamanan pemerintah saja dan bukan nasional.
Bagi Snowden demokrasi di barat itu tidak lebih dari usaha mengamankan diri sendiri.
Kini kehidupannya di Rusia cukup baik meski dia mengaku kesulitan untuk bepergian ke mana pun lantaran emoh dikenali orang. "Saya pasti dikenali sebab bahasa Rusia saya tidak baik," ujarnya. Meski demikian Snowden mengaku lebih aman di sana ketimbang kembali ke Amerika dan menghadapi sidang tanpa keadilan.
Snowden banyak belajar di Rusia termasuk menajamkan pandangan dia soal terorisme. Dia pun mengomentari kasus Bom Boston pernah menghebohkan sejagat tahun lalu.
Menurut Snowden kasus-kasus terorisme dewasa ini bukan lantaran pengawasan dari publik. Seluruhnya sudah ditargetkan. "Tidak ada aksi teroris itu tunggal termasuk Bom Boston. Kedua kakak-adik itu memang sudah dalam pengawasan," ujarnya merujuk pada pelaku. Snowden juga meyakinkan, saat ini pun masih ada komunikasi yang disadap, dan masih ada operasi intelijen yang berhasil dilakukan di seluruh dunia.
Lama jauh dari tanah airnya tentu saja membuat Snowden rindu pulang ke Amerika. Jika diizinkan dia rela menerima pengadilan yang sebenar-benarnya. Namun kini Snowden mencoba menikmati hidupnya di Rusia sembari terus belajar dan menyiapkan diri untuk ekstradisi selanjutnya. "Saya tidak yakin politik bisa menjamin hak kita dan pemerintah melindungi hak itu,".
Sumber : Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar yang Baik dan Bijaksana