Banyak dari Anda pasti mengenal kapal latih legendaris KRI Dewaruci. Tahukan Anda, nama KRI Dewaruci diusulkan Kapten Oentoro Koesmardjo yang kemudian diputuskan secara resmi berdasarkan penetapan Surat keputusan Menteri Pertahanan Nomoer MP/H1254 tanggal 11 Januari 1954.
Penamaan Dewaruci diambil dari kisah pewayangan yang menceritakan pencarian jati diri Bima yang akhirnya bertemu dengan Dewaruci.
Bima merupakan kesatria Pandawa putra Pandu dengan permaisurinya, Dewi Kunti. Dalam kisah lain, Bima juga disebut Bratasena atau Bayusuta.
Dalam lakon Dewaruci di pewayangan, dikisahkan Bima mendapat tugas dari Guru Durna untuk mencari Tirta Amerta, yang berarti ‘air kehidupan’, di Gunung Raksamuka. Maksud sebenarnya dari Sang Guru adalah mencelakakan Bima, karena gunung itu dijaga oleh dua raksasa kembar yang sakti mandraguna.
Sesampainya di gunung itu, Bima ternyata mampu mengalahkan dua raksasa tersebut dengan kesaktiannya. Namun, Tirta Amerta yang menjadi tujuannya tidak ditemukan.
Melihat keberhasilan Bima menaklukkan dua raksasa itu, Guru Durna akhirnya memerintahkan Bima untuk mencari Tirta Amerta di dasar samudera. Karena Bima seorang murid yang taat, tanpa pikir panjang, Bima pun melaksanakan perintah tersebut.
Di samudera, Bima bertemu dengan ular besar yang melilit tubuhnya. Karena Bima memiliki Kuku Pancanaka, Bima akhirnya mampu mengalahkan ular tesebut.
Setelah itu, Bima mengalami kelelahan, karena belum juga menemukan Tirta Amerta yang menjadi perintah gurunya. Dalam kondisi lelah, Bima terpingsan dan ruhnya yang bertemu dengan Dewaruci.
Wujud Dewaruci itu sangat mirip dengan Bima, hanya saja ukurannya kecil sebesar tempurung kelapa.
Dalam pertemuan itu, Bima menceritakan maksud kedatangannya ke samudera karena ingin mencari Tirta Amerta. Karena menurut gurunya, air kehidupan itu berada di samudera. Mendengar penjelasan Bima, Dewaruci memerintahkan Bima untuk masuk ke dalam dirinya yang sebesar tempurung kelapa.
Bima sangat heran mendengar perintah tersebut, karena menurutnya, mana mungkin tubuhnya yang besar dapat masuk ke tubuh Dewaruci yang kecil. Dewaruci kemudian memerintahkan untuk memasuki dirinya dari telinga kirinya. Bima pun mengikuti petunjuk Dewaruci.
Begitu sampai di dalam tubuh Dewaruci, Bima menerima wejangan Tita Amerta. Setelah itu, Bima mendapat gambaran jagad raya, lengkap beserta isinya.
Kebenaran Sejati
Dewaruci menjelaskan dua dunia kehidupan manusia, yakni dunia besar (makrokosmos) dan dunia kecil (mikrokosmos). Setelah Bima mengalami ketenangan yang tinggi dalam tubuh Dewaruci, Bima enggan untuk keluar.
Maka dari itu Dewaruci membangkitkan napsu Bima kembali untuk segera menyelesaikan tugas dunianya menegakkan kebenaran. Bima pun menjadi panglima Pandawa dalam Perang Baratayuda menghadapi Kurawa, simbol kejahatan.
Bagi masyarakat Jawa dahulu, kisah ini melambangkan pertemuan manusia (Bima) dengan Tuhannya yang disimbolkan dengan sosok Dewaruci. Kesimpulannya, manusia akan menemukan kebenaran sejati ketika mengalami berbagai ujian kehidupan.
Filosofi itu yang digunakan oleh para kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) ketika tahun terakhir mereka harus berlayar keliling Nusantara bersama KRI Dewaruci. Ya, supaya mereka dapat menemukan jati dirinya atau Tuhannya.
Diibaratkan seperti Bima yang baru selesai berguru di padepokan Guru Durna, kemudian mencari jatidirinya di dasar samudera sampai bertemu dengan Dewaruci.
Para kadet AAL yang telah ditempa di kawah Candradimuka, kampus AAL, Morokembangan, Surabaya, diharapkan mampu mengemban tugas dengan baik untuk bangsa dan negara, setelah digembleng oleh pelayaran Dewaruci.
Sumber : Jurnal Maritim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan Komentar yang Baik dan Bijaksana