Pages - Menu

Mengenal Tripartite Class, Kapal Pemburu Ranjau TNI AL

Bila dicermati tak banyak alutsista dari jenis kapal perang TNI AL yang kini masih digunakan dan ‘benar-benar’ masih diandalkan oleh NATO. Memang TNI AL kini diperkuat korvet canggih dari kelas SIGMA yang mengusung standar teknologi tinggi khas NATO, tapi jenis kapalnya sendiri tidak masuk dalam list arsenal andalan kekuatan laut negara-negara NATO, melainkan berupa korvet yang dipesan berdasarkan kustomisasi dari kebutuhan negara pembeli.

Tapi sebenarnya masih ada jenis kapal perang TNI AL yang hingga kini masih jadi andalan armada laut NATO. Ini tak lain adalah kapal pemburu ranjau kelas Tripartite (Tripartite Class) yang jadi andalan Satran Koarmatim (Satuan Kapal Penyapu Ranjau Komando Armada Timur) TNI AL. Sosok kapal penguber ranjau (mine hunter) ini sejatinya bukan ‘barang’ baru lagi di arsenal TNI AL, Tripartite class dibangun oleh galangan GNM (Van der Gessen de Noord Marinebouw BV ) di Albasserdam, Belanda. Berbeda dengan frigat kelas Tribal dan frigat kelas Van Speijk yang merupakan kapal beli bakas pakai. Tripartite class TNI AL adalah barang baru, alias bukan alutsista second.

Indonesia memiliki 2 kapal pemburu ranjau kelas Tripartite, Kedua kapal tersebut adalah KRI Pulau Rengat (711) dan KRI Pulau Rupat (712). KRI Pulau Rengat (711) mulai dibuat pada 19 Desember 1985 lalu diluncurkan pada 27 Agustus 1987 dan resmi memperkuat TNI AL pada 26 Maret 1988. Dirunut dari sejarahnya, kapal kelas Tripartite dirancang pada tahun 70-an dan mulai dibangun pada tahun 1981 hingga 1989 untuk mengisi kebutuhan armada NATO akan kapal pemburu ranjau yang lincah namun berbekal alat sensor canggih.

Meski di awal disebutkan kapal buru ranjau ini adalah barang baru. Menurut informasi dari Wikipedia, awalnya kedua kapal ini dibangun untuk kebutuhan AL Belanda. KRI Pulau Rengat 711 dibuat untuk membangun M864 Willemstad dan KRI Pulau Rupat 712 untuk M863 Vlaardingen.

Sesuai namanya ‘Tripartite,’ kapal ini merupakan hasil kerja kongsi antara 3 negara NATO, yakni Perancis, Belanda dan Belgia. Seperti halnya dalam proyek pesawat komersial Airbus, masing-masing negara tadi menyumbang kontribusi dalam penciptaan kapal ini. Perancis dalam hal ini menyiapkan perangkat teknologi mine hunting, sedangkan Belgia menyiapkan perangkat elektronik, dan Belanda berperan dalam konstruksi dan tenaga gerak kapal.

Mantan anggota Team Base Maintenance pemburu ranjau Tripartite TNI AL, LetKol Purn. (E) Elektro Jaja Surjana menuturkan informasi bahwa lambung kapal ini dibangun dari material khusus yang tidak menimbulkan jejak magnetik, yakni mengadopsi jenis plastik yang diperkuat dengan kaca (glass-reinforced plastic atau GRP). Untuk perangkat buru ranjaunya menggunakan sistem sensor dan processing 1 unit Sonar DUBM, 1 Thales underwater system TSM, side scan sonar,  Sonar TSM 2022, 1  SAAB Bofors Double Eagle Mk III Self Propelled Variable Depth Sonar, dan 1 Consilium Selesmar Type T-250/10CM003 Radar. Sedangkan untuk kelengkapan navigasinya menggunakan radar Decca 1229. Untuk jenis ranjau yang bisa dipindai adalah ranjau kontak, ranjau akustik, dan ranjau magnetik.

Obyek buruan kapal pemburu ranjau ini adalah Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), khususnya perairan Teluk Lamong merupakan salah satu perairan di wilayah Indonesia yang masih banyak menyimpan ranjau sisa Perang Dunia II yang disebar oleh Jepang untuk menghambat invasi sekutu di Pulau Jawa. Meskipun ranjau-ranjau atau bahan peledak lainnya tersebut telah berumur lebih dari 65 tahun namun masih memiliki kemampuan meledak dan membahayakan keselamatan pelayaran. Apabila terpengaruh oleh aktivitas yang mengandung unsur keakustikan, kemagnetan maupun tekanan dari pengguna laut pada level tertentu, ranjau-ranjau itu dapat meledak.

Lewat Sonar Pemburuan Ranjau (TSM-2022) dapat di deteksi ranjau dengan adanya 4 kontak di dasar laut perairan Teluk Lamong. Setelah diklasifikasi dengan didasarkan pada 4 S (Size, Strength, Shape, dan Shadow), kontak tersebut dapat diidentifikasi sebagai ranjau laut. Setelah melakukan pemburuan, ranjau dapat dihancurkan lewat bom laut atau ditembak langsung dengan kanon Rheinmetall kaliber 20mm. Setiap kapal Tripartite dibekali 2 unit kanon Rheinmetall, yakni pada sisi haluan dan buritan.

Dilihat dari lini persenjataan, pemburu ranjau ini memang minim senjata, hanya mengandalkan kanon Rheinmetall untuk tugas penghancuran ranjau dan pertahanan dari serangan udara. Dalam sebuah kunjungan singkat ke Pangkalan TNI AL Dermaga Ujung – Surabaya. Nampak terlihat dua kapal pemburu ranjau ini bersandar di dekat area ‘garasi’ kapal selam Type 209. Selain digunakan oleh Perancis, Belgia, Belanda dan Indonesia. Pemburu ranjau dengan awak 4 perwira, 15 non-commissioned officers serta 17 pelaut ini juga dimiliki oleh Bulgaria, Latvia dan Pakistan. Pemburu ranjau ini juga aktif digunakan oleh armada NATO dalam memburu serta menghancurkan ranjau yang ditabur di selat Hormuz, Timur Tengah.

KRI Pulau Rengat 711

KRI Pulau Rengat 711 dibuat di Galangan GNM Belanda tanggal 19 Desember 1985 dan diluncurkan tanggal 27 Agustus 1987. Penyerahan kepada Pemerintah Republik Indonesia tanggal 18 Maret 1987, masuk TNI AL tanggal 26 Maret 1988 dengan Nomor Skep : 137/III/1987 tanggal 18 Maret 1987.

Pada masa Perang Kemerdekaan (1945-1950) selat Malaka tidak kalah pentingnya dari masa-masa sebelumnya. Pada periode tersebut untuk memperoleh perlengkapan persenjataan, obat-obatan dan barang-barang lain yang sangat dibutuhkan oleh anggota Angkatan Perang RI, kesatuan ALRI menerobos blokade Belanda di selat Malaka. Nama-nama besar seperti John Lie dan Kusno sebagai pemimpin aksi penerobosan blokade Belanda sangat dikenal waktu itu dan banyak jasanya bagi perjuangan bangsa Indonesia. Mengingat pentingnya pulau Rengat, maka Kapal Perang jenis Buru Ranjau (mine hunter/sweeper) yang mampu mencari, memburu dan menghancurkan berbagai jenis ranjau, antara lain ranjau kontak, akustik dan magnetic dinamakan KRI Pulau Rengat.

SEMBOYAN
Logo KRI Pulau Rengat 711

ARTI :
  • BENTUK SEGI LIMA : Melambangkan Dasar Negara Pancasila.
  • SIMBOL DUA HIU : Melambangkan keberanian, ketangguhan dan kebersamaan prajurit KRI Pulau Rengat- 711.
  • SIMBOL KAPAL & RANJAU : Melambangkan bahwa KRI Pulau Rengat - 711 merupakan bagian dari Satuan Kapal Ranjau yang bertugas memburu, mendeteksi, dan menghancurkan ranjau.
  • WARNA DASAR BIRU MUDA & BIRU TUA : Melambangkan KRI Pulau Rengat - 711 mampu beroperasi di laut dangkal dan laut dalam.
  • MOTTO : “ PANUTAN JALADHI YUDHA PRAKASA”
  • PANUTAN : Penuntun.
  • JALADHI : Laut, Samudra.
  • YUDHA : Perang.
  • PRAKASA : Perkasa.
  • ARTI KESELURUHAN : Penuntun yang perkasa, bagi yang lain di dalam Peperangan Laut.

KRI Pulau Rupat 712

Kapal KRI Pulau Rupat milik Indonesia merupakan kapal kelas penyapu ranjau. KRI Pulau Rupat memenuhi kebutuhan Indonesia dan berperan mempertahankan Indonesia dari kapal-kapal musuh. KRI Pulau Rupat dibangun oleh van der Giessen-de Noord, Alblasserdam pada tahun 1988. KRI Pulau Rupat Merupakan kapal kedua dari Pulau Rengat Class, sejenis dengan KRI Pulau Rengat dan memilik spesifikasi sama dengan KRI Pulau Rengat. Indonesia hanya mengoprasionalkan 2 buah KRI penyapu Ranjau dari kelas Rengat atau Tripartite Class.


Spesifikasi Pulau Rengat Class :


Kapal penyapu ranjau Pulau Rengat Class dilengkapi dengan sistem pendeteksi dan penghancur ranjau seperti berikut :

  • Rantai Sapu Ranjau Mekanikal OD3 Oropesa
  • Sapu Ranjau Magnetik Fiskars F-82
  • Sapu Ranjau Akuatika SA Marine AS 203
  • Sistem Pemburu Ranjau Ibis V
Meriam
KRI jenis ini dilengkapi dengan 2 pucuk meriam anti-pesawat (PSU) Rheinmetall 20 mm yang memiliki kecepatan menembak 1000 tembakan menit dengan jarak efektif 2 km dengan kepala peledak 0.24 kg.

Detektor
KRI ini juga memiliki sonar pendeteksi pada badan kapal (kemungkinannya jenis PHS-32 ('ML')).

  • Jenis : Buru Ranjau
  • Negara pembuat / Galangan : G N M Belanda
  • Material Bakap : Glass Reinforced Polyester (GRP)
  • Panjang Max (LOA) : 51,55 m
  • Panjang Antara Garis Air (LWL) : 47,10 m
  • Lebar Max : 8,90 m
  • Displacement Design Full Load : 599 Ton
  • Kecepatan Ekonomis : 12 Knots
  • Kecepatan Jelajah : 14 Knots
  • Kecepatan Maximum (Full Load) : 15 Knots
  • Kapasitas Tk. Bahan Bakar : 54.000 Liter
  • Kapasitas Tk. Minyak Lumas : 3.000 Liter
  • Kapasitas Tk. Air Tawar : 16,000 Liter 
  • Pendorong Pokok : Diesel MTU 12 V
  • Jumlah Propeller : 2 Unit
Foto-foto Tripartite Class TNI AL :











Sumber : IndoMiliter - Berbagai Sumber

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Berikan Komentar yang Baik dan Bijaksana